Kelas Bahasa Daerah Makassar dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Agustus 2021. Kelas ini menjadi rangkaian kegiatan program BASAIbu. Sejak di mulainya Program BASAIbu yang bekerja sama dengan BASABali pada bulan Maret 2021. BASAIbu telah melakukan banyak kegiatan yang secara langsung melibatkan para kaum milenial. Sahabat Komunitas BASAIbu menjadi satu rangkaian media kelas belajar kaum milenial yaitu dengan bersama-sama terlibat langsung dalam pemertahanan Bahasa Daerah Makassar. Selain itu, bukan hanya kelas Bahasa Makassar tetapi kelas-kelas kreatif seperti halnya kelas desian caption, video kreasi, dan masih banyak lagi. Sebenarnya ada banyak komunitas di Makassar yang juga fokus pada pemertahanan Bahasa Makassar dalam bentuk sastra Makassar, Kelong-kelong Makassar, dan lain-lain.
BASAIbu hadir dengan konsep yang unik, yaitu dengan menjadikan bahasa Makassar sebagai alat untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi milenial terhadap kemajuan kota dan daerahnya melalui platfrom basaibuwiki.org. Kegiatan Lomba Wikithon yang dilaksanakan sekali dalam dua bulan.
Pelaksanaan kelas-kelas rutin untuk memberikan edukasi, pembelajaran dan penguatan kapasitas milenial untuk lebih percaya diri menyuarakan aspirasinya terhadap isu-isu sipil, aktif berpartisipasi dengan cara-cara kreatif yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kelak.
Dalam kelas Bahasa Makassar ini, dilaksanakan pada sekali dalam sepekan. Pada pertemuan pertama ini, fasilitator menyampaikan sejarah Aksara Lontara, yaitu bahwa Menurut sejarah, huruf Lontara pertama kali dibuat pada abad 14 silam oleh Daeng Pammate. Daeng Pamatte merupakan seorang putra Gowa kelahiran Lakiung yang hidup pada masa pemerintahan Karaeng Tumapa’risi Kallona, Raja Gowa ke-9. Semula huruf Lontarak yang dibuat oleh Daeng Pamatte bernama Lontara Toa atau Lontara Jangang-jangang, pemberian nama itu berdasarkan bentuk huruf lontara yang menyerupai burung (jangang-jangang). Jumlahnya 18 buah huruf.
Seorang Sahabat BASAIbu mengungkapkan bahwa kelas ini sangat menarik, karena kita selaku milenial sudah sangat jarang sekali menuturkan bahasa Makassar di aktifitas keseharian-harian kita terkhusus di Kota Makassar”Tutur, Daeng Pole”. Semangata menggunakan Bahasa Makassar harus terus kita pertahankan dan juga dilestarikan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!