Rabu 2 Maret 2022 09:59 amronalyw – Berita Kota Makassar
HASIL penelitian menyebutkan bahwa bahasa daerah terancam punah karena sudah jarang digunakan oleh penuturnya. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka pemertahanan bahasa daerah tersebut. Salah satunya melalui program BASAsulsel Wiki.
WILDAN BURHANUDDIN merupakan koordinator program tersebut. Ia melakukan kunjungan ke redaksi Harian Berita Kota Makassar, Selasa (1/3). Bersama empat orang mahasiswa, ia menjelaskan tentang BasaSulsel Wiki. Selanjutnya menjadi narasumber dalam siniar (podcast) untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Kandidat doktor linguistik di Universitas Hasanuddin (Unhas) ini menjelaskan, BASAsulsel Wiki merupakan salah satu program bentuk kerja sama dengan BASAbali Wiki. Ada pula MIWF (Makassar International Writers Festival) dan Rumata’ Artspace. Program ini dijalankan bersama-sama sejak tahun 2019. Sementara BASAsulsel Wiki berjalan di tahun pertama.
”BASAsulsel Wiki merupakan salah satu platform digital yang menyiapkan fasilitas layanan bagi milenial. Khususnya untuk mengekspresikan ide-ide mereka terhadap isu-isu publik yang sedang terjadi. Yang unik, dalam program ini menggunakan bahasa daerah. Untuk tahun ini menggunakan bahasa Makassar. Lokasinya Makassar dan Gowa. Intinya bagaimana millenial bisa mengekspresikan ide di laman platform yang sudah ada,” terang Wildan.
Awalnya, menurut Wildan, platform yang yang digunakan adalah BASAibu Wiki. Pelaksanaannya berjalan selama tiga kali. Sementara untuk BASAsulsel, menggelar lomba satu kali dalam dua bulan yang diberi nama Wikithon. Di tahun 2021 telah empat kali Wikithon dilaksanakan. Rencananya tahun ini digelar Wikithon ke lima.
Diakui Wildan, selama ini ada banyak pertanyan yang datang dari pemerhati bahasa daerah dan komunitas yang ada. ”Apakah BASAsulsel Wiki ini fokus pada aspak kebahasaan atau kesusastraannya? Untuk saat ini BASAsulsel masih fokus bagaimana bahasa Makassar menjadi media media fasilitas verbal kaum millanial untuk menyalurkan ekspresinya. Misalnya ketika ada lomba bercerita tentang pendidikan, lingkungan, atau isu toleransi beragama, mereka bisa mengekpresikannya dengan bahasa Makassar,” jelasnya.
Ketika Wikithon pertama diselenggarakan, menurut Wildan, banyak peserta lomba yang merasa sedikit asing karena harus menggunakan bahasa Makassar. Namun, Wildan menegaskan bahwa program ini tampil sebagai salah satu langkah agar milenial terkomunikasikan dengan semua aspek.
Lalu kenapa hanya bahasa Makassar? Kenapa tidak dengan bahasa daerah lain di Sulsel, seperti Bugis, Toraja, dan bahasa lainnya?
”Target BASAsulsel awalnya ingin semua bahasa. Membuat Wikithon Makassar, Bugis dan bahasa lainnya. Tetapi setelah melihat kondisi di lapangan masih sangat terbatas. Sehingga diputuskan untuk tahap pertama fokus bahasa Makassar dulu. Tahun kedua kita agendakan bahasa Bugis,” terangnya.
Di platform BASAsulsel Wiki sudah tersedia terjemahan bahasa Makassar. Namun masih dalam bentuk tulisan latin. Ada item ruang komunitas yang diberi nama parrappunganta.
Kata Wildan, target ke depannya konten tersebut akan menggunakan aksara Lontara. Hal tersebut sudah dilakukan di BASAbali Wiki. Bahkan mereka telah membuat kamus digital bahasa Bali.
”Kalau BASAsulsel Wiki masih sementara berjalan. Kamus digital bahasa Makassar akan hadir juga. Kita masih butuh banyak masukan,” imbuhnya.
Diakui Wildan, dari empat wikithon yang dilaksanakan, secara teks masih terbatas. Para peserta mengespresikan masih dalam konteks video. Foto dan caption dengan bahasa Makassar. Perbendaharaan masih sangat minim. Untuk itu ia terus mengundang para milenial mengikuti lomba-lomba yang dilaksanakan.
”Dari pengalaman di lapangan, ada kecenderungan banyak yang mau ikut lomba. Tapi di Makassar ini mereka terhalang dengan bahasa Makassar. Namun substansi dari yang kita laksanakan adalah konteksnya untuk mengajak. Silakan menyampaikan ide dan mengekspresikan menggunakan dialek dan bahasa Makassar. Yang terpenting adalah niat untuk mengekspresikan ide-ide menggunakan bahasa Makassar,” tandasnya.
Dalam lomba yang dilaksanakan selama ini, peserta dari Gowa lebih mendominasi. Alasannya, menurut Wildan, karena di daerah tetangga Makassar itu, bahasa Makassar masih sering digunakan oleh mereka. Guru mereka kerap menggunakannya setiap bertemu dengan murid-murdinya.
”Berbeda dengan Makassar. Ada banyak faktor milenial yang duduk di bangku SMP dan SMA untuk menggunakan bahasa Makassar. Bahkan sangat jarang mereka memakainya. Makassar ini adalah urban city. Semua suku ada. Dan ada satu fakta yang ditemukan di lapangan, milenial Makassar kebanyakan malu-malu mengespresikan sesuatu dengan bahasa Makassar,” ungkap Wildan.
Hal itu tak jauh berbeda ketika di awal BASAibu Wiki hadir. Ketika ada kelas bahasa ibu yang dibuka, pesertanya bukan dari Makassar. Melainkan mahasiswa yang tengah berkuliah di kota ini. Mereka berasal dari Jambi, Sumatra, dan Pekanbaru. Mereka beralasan ikut karena ingin belajar dan tahu bahasa Makassar.
Rencananya, pada 9 Maret mendatang BAAsulsel Wiki akan dilaunching di sekretariat Rumata’. Setelah itu akan dilaksanakan Wikithon 5. Saat ini sedang berjalan survei untuk menentukan topiknya, yaitu pascapandemi apa yang akan dilakukan. Ekspresinya tentu dengan menggunakan bahasa Makassar. (*/rus)
Sumber: https://beritakotamakassar.com/berita/2022/03/02/ajang-ekspresi-milenial-menggunakan-bahasa-makassar/
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!